Jumat, 28 Juni 2013
A poem
"My Teacher"
My teacher …
You are leading me
Until I know the science
Strands of the full meaning of your words
Gave me a million knowledge
Behavior that either
So an example for me
My teacher …
There is no word that can reveal
Thanks to “mu me
Until I became knowledgeable people who
My teacher …
just thank you
All I can say
Hopefully you …
Always remember our
[Biografi] Muhammad Kalend Osen - Sejarah Berdirinya BEC Pare Kediri

Pernahkah Anda mendengar sebutan kampung bahasa Inggris? Kampung yang
berada di Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur itu sangat
identik dengan sosok Muhammad Kalend Osen. Bagaimana kiprahnya?
Sebuah plang bertuliskan ”Kampung Bahasa”terpasang di gang masuk Jalan
Anyelir,Dusun Singgahan,Desa Palem,Kecamatan Pare.Sekitar 300 meter
dari perempatan jalan tersebut terdapat sebuah lembaga kursus dengan
nama Basic English Course (BEC).
Tempat kursus yang didirikan Muhammad Kalend Osen sekitar 33 tahun silam inilah yang menjadi embrio munculnya sebutan kampung bahasa Inggris di dusun itu. Selama ini sebutan kampung bahasa Inggris sangat populer di masyarakat.Bahkan,kampung bahasa Inggris tersebut sudah terkenal hingga ke berbagai penjuru negeri ini, bahkan luar negeri.
Anda jangan lantas membayangkan di sana seluruh warga masyarakatnya berkomunikasi dengan bahasa Inggris.Sebutan kampung bahasa Inggris muncul begitu saja dari mulut ke mulut.Tidak ada yang tahu kapan awal munculnya sebutan itu,entah siapa pula yang memulai menamainya. Sebutan itu lantaran banyaknya tempat kursus bahasa Inggris yang berdiri di Kecamatan Pare, terutama di Desa Palem dan Tulungrejo.
”Saya sendiri kurang setuju dengan sebutan itu.Itu akibat berita yang tidak benar.Itu menipu,”ujar pria yang akrab dengan sebutan Mr Kalend ini saat berbincang dengan Seputar Indonesiabeberapa waktu lalu. Bapak tiga anak ini juga tidak lantas melarang orang untuk menggunakan sebutan kampung bahasa Inggris untuk menggambarkan menjamurnya lembaga kursus bahasa Inggris di dusun itu.Sebagian orang,terutama pelajar,bahkan memilih menyebut daerah itu sebagai English village.”Analisis orang beda-beda,”katanya. Sebutan itu juga muncul lantaran di dusun itu rata-rata rumah warganya dimanfaatkan untuk rumah kos.Penghuninya adalah para pelajar yang sedang belajar bahasa Inggris.
Jumlahnya ribuan orang dari tahun ke tahun.Sebagai gambaran, siswa yang belajar di BEC saja saat ini ada sekitar 850 siswa.Belum lagi siswa di tempat kursus lain. Atmosfer kampung bahasa Inggris itu semakin terasa karena hampir seluruh rumah warga yang disewakan untuk rumah kos masing-masing menggunakan nama yang diambilkan dari namanama bule.Ada White House,Red House,Philadelphia,Green House, Newcastle House,Vampire House,dan berbagai nama asing lain. Pemilihan Kalend Osen sebagai tokoh pendidik teladan hingga mendapatkan penghargaan People of The Year (POTY) 2009 dari Seputar Indonesiabukan tanpa alasan.Selain karena konsistensinya selama bertahun-tahun memasyarakatkan bahasa
Inggris,menjamurnya lembaga kursus bahasa Inggris di wilayah Pare yang memberikan multiplier effectluar biasa, tak lepas dari sepak terjangnya.
Dari sisi ekonomi,Dusun Singgahan yang semula warganya hanya mengandalkan hidup dari bercocok tanam di sawah,kini bisa mendapatkan berkah dari banyaknya lembaga kursus yang ada.Bermula dari adanya BEC,akhirnya muncul lembaga kursus serupa yang begitu banyak. Kemudian banyaknya rumah kos,warung,toko buku,dan berbagai usaha lain sebagai imbas dari berdirinya lembaga kursus BEC. Secara tidak langsung,warga sekitar sangat merasakan manfaat dari sisi ekonomi.
”Jelas membawa berkah.Sangat membantu,”ujar Wiyoto Asmo Jhon,warga Purwodadi, Jawa Tengah,seorang alumni BEC yang akhirnya menetap di Dusun Singgahan dengan membuka toko buku dan menjual beragam kebutuhan pokok sehari-hari di sana. Ungkapan senada dilontarkan Yuniati,peternak lebah madu yang tak jauh dari BEC.”Banyak sekali siswa yang membeli madu di tempat saya,”ujar perempuan asal Yogyakarta ini. Lebih dari itu,sebagian besar pendiri lembaga kursus bahasa Inggris yang ada di kawasan Pare adalah lulusan BEC, walau tidak semua.
Bahkan,tidak sedikit pula lulusan BEC yang berasal dari luar daerah atau luar pulau yang akhirnya mendirikan lembaga kursus serupa di daerah masing-masing setelah mengenyam pendidikan singkat di BEC,yang umumnya ditempuh selama enam bulan. Tidak hanya itu,kini dengan adanya program rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI) yang digagas pemerintah,cukup banyak guru dari berbagai daerah yang mengambil kursus singkat satu bulan di BEC,training system(TS). Ini karena RSBI mengharuskan siswa dan gurunya berbahasa Inggris dalam proses belajar dan mengajar. Demikianlah multiplier effect dari berdirinya BEC yang dirintis Kalend Osen pada 1976 silam itu. Berawal dari Dusun Singgahan itu lahir
ribuan orang dari berbagai penjuruTanah Air yang akhirnya bisa ber-cas cis cus dengan bahasa Inggris.Sejak berdiri hingga sekarang, BEC telah meluluskan 16.285 lulusan.
Perjalanan Panjang Kesuksesan pria kelahiran Kutai Kartanegara,Provinsi Kalimantan Timur,20 Februari 1945 itu bersama BEC tentu tidak datang begitu saja.Perjuangan panjang tanpa lelah dilalui bapak tiga anak itu selama puluhan tahun.Pria yang rambutnya mulai memutih ini semula tak pernah membayangkan bakal bisa meraih kesuksesan sebesar ini.”Ini sudah jauh melebihi harapan saya,”ungkapnya. Kalend lantas bercerita awal mula kiprahnya di Pare,Kediri.
Saat itu,sekitar tahun 1976,Kalend datang ke Dusun Singgahan untuk berguru kepada KH Ahmad Yazid (almarhum),tokoh agama setempat yang saat itu menjadi pengasuh masjid dan Pondok Darul Falah. Selain pengetahuan agamanya yang luas,Kiai Yazid,tutur Kalend,juga menguasai sembilan bahasa asing. Sebelum merantau ke Pare, Kalend pernah belajar di Pondok Pesantren Modern Darusssalam, Gontor,Ponorogo,Jawa Timur.
Di sana,Kalend tidak sampai lulus.Dia hanya mengenyam pendidikan hingga kelas lima Kuliatul Muallimin Al Islamiyah (setingkat kelas dua SMA).Saat itu usia Kalend sekitar 31 tahun,siswa tertua di kelasnya. Sebelum masuk Pesantren Gontor pada 1971,Kalend sudah berprofesi sebagai guru di tanah kelahirannya, mulai 1966–1967.Profesi itu dijalaninya hanya dengan bekal ijazah pendidikan guru agama (PGA),walau hanya sampai kelas empat (setara kelas satu SMA).
Profesi sebagai guru di Kalimantan tidak membuatnya puas untuk menimba ilmu.Hingga pada usia 27 tahun dia memilih melanjutkan pendidikan di Pulau Jawa. ”Saya ingin revolusi hidup,”begitu tekad Kalend ketika pertama kali melangkahkan kakinya meninggalkan Pulau Borneo saat itu. Di emperan Masjid Darul Falah itulah Kalend memulai kiprahnya sebagai guru bahasa Inggris.Itu pun dijalaninya tanpa sengaja. Dia lantas bercerita,saat itu ada dua mahasiswa semester akhir IAIN Sunan Ampel,Surabaya,yang datang ke Pare untuk berguru kepada Kiai Yazid.Kedua mahasiswa itu hendak menjalani ujian akhir bahasa Inggris di
kampusnya untuk mendapatkan gelar sarjana.Namun saat itu Kiai Yazid sedang keluar daerah,padahal ujian akhir tinggal lima hari lagi.
Akhirnya istri Kiai Yazid menyarankan dua mahasiswa itu untuk belajar bahasa Inggris kepada Kalend.” Cobalah belajar kepada Pak Kalend. Dia pernah di Gontor,dia pasti bisa,” ujar Kalend menirukan saran istri Kiai Yazid kepada dua mahasiswa itu. Kalend pun memberanikan diri untuk mengajar dua mahasiswa itu,walau dia belum pernah mengenyam bangku kuliah. Akhirnya keduanya belajar bahasa Inggris bersama Kalend di emperan Masjid Darul Falah selama lima hari untuk membahas 350 soal yang menjadi acuan untuk ujian bahasa Inggris dua mahasiswa itu.
Berbekal pelajaran dari Kalend,kedua mahasiswa itu lulus dan menyandang gelar sarjana.Setelah ujian di IAIN Sunan Ampel Surabaya, keduanya kembali berguru kepada Kalend. Kisah sukses kedua mahasiswa itu lantas menyebar. Sejak saat itu banyak santri yang berguru kepada pria yang juga hobi bermain tenis meja ini. Hingga akhirnya Kalend mendirikan lembaga kursus yang diberi nama BEC,yang pada awalnya juga masih di serambi masjid. Pesertanya pun hanya remaja sekitar dan tanpa biaya.Meski begitu,setiap bulan anak didiknya selalu memberikan uang sekadarnya kepada Kalend sebagai ungkapan terima kasih.
Tempat kursus yang didirikan Muhammad Kalend Osen sekitar 33 tahun silam inilah yang menjadi embrio munculnya sebutan kampung bahasa Inggris di dusun itu. Selama ini sebutan kampung bahasa Inggris sangat populer di masyarakat.Bahkan,kampung bahasa Inggris tersebut sudah terkenal hingga ke berbagai penjuru negeri ini, bahkan luar negeri.
Anda jangan lantas membayangkan di sana seluruh warga masyarakatnya berkomunikasi dengan bahasa Inggris.Sebutan kampung bahasa Inggris muncul begitu saja dari mulut ke mulut.Tidak ada yang tahu kapan awal munculnya sebutan itu,entah siapa pula yang memulai menamainya. Sebutan itu lantaran banyaknya tempat kursus bahasa Inggris yang berdiri di Kecamatan Pare, terutama di Desa Palem dan Tulungrejo.
”Saya sendiri kurang setuju dengan sebutan itu.Itu akibat berita yang tidak benar.Itu menipu,”ujar pria yang akrab dengan sebutan Mr Kalend ini saat berbincang dengan Seputar Indonesiabeberapa waktu lalu. Bapak tiga anak ini juga tidak lantas melarang orang untuk menggunakan sebutan kampung bahasa Inggris untuk menggambarkan menjamurnya lembaga kursus bahasa Inggris di dusun itu.Sebagian orang,terutama pelajar,bahkan memilih menyebut daerah itu sebagai English village.”Analisis orang beda-beda,”katanya. Sebutan itu juga muncul lantaran di dusun itu rata-rata rumah warganya dimanfaatkan untuk rumah kos.Penghuninya adalah para pelajar yang sedang belajar bahasa Inggris.
Jumlahnya ribuan orang dari tahun ke tahun.Sebagai gambaran, siswa yang belajar di BEC saja saat ini ada sekitar 850 siswa.Belum lagi siswa di tempat kursus lain. Atmosfer kampung bahasa Inggris itu semakin terasa karena hampir seluruh rumah warga yang disewakan untuk rumah kos masing-masing menggunakan nama yang diambilkan dari namanama bule.Ada White House,Red House,Philadelphia,Green House, Newcastle House,Vampire House,dan berbagai nama asing lain. Pemilihan Kalend Osen sebagai tokoh pendidik teladan hingga mendapatkan penghargaan People of The Year (POTY) 2009 dari Seputar Indonesiabukan tanpa alasan.Selain karena konsistensinya selama bertahun-tahun memasyarakatkan bahasa
Inggris,menjamurnya lembaga kursus bahasa Inggris di wilayah Pare yang memberikan multiplier effectluar biasa, tak lepas dari sepak terjangnya.
Dari sisi ekonomi,Dusun Singgahan yang semula warganya hanya mengandalkan hidup dari bercocok tanam di sawah,kini bisa mendapatkan berkah dari banyaknya lembaga kursus yang ada.Bermula dari adanya BEC,akhirnya muncul lembaga kursus serupa yang begitu banyak. Kemudian banyaknya rumah kos,warung,toko buku,dan berbagai usaha lain sebagai imbas dari berdirinya lembaga kursus BEC. Secara tidak langsung,warga sekitar sangat merasakan manfaat dari sisi ekonomi.
”Jelas membawa berkah.Sangat membantu,”ujar Wiyoto Asmo Jhon,warga Purwodadi, Jawa Tengah,seorang alumni BEC yang akhirnya menetap di Dusun Singgahan dengan membuka toko buku dan menjual beragam kebutuhan pokok sehari-hari di sana. Ungkapan senada dilontarkan Yuniati,peternak lebah madu yang tak jauh dari BEC.”Banyak sekali siswa yang membeli madu di tempat saya,”ujar perempuan asal Yogyakarta ini. Lebih dari itu,sebagian besar pendiri lembaga kursus bahasa Inggris yang ada di kawasan Pare adalah lulusan BEC, walau tidak semua.
Bahkan,tidak sedikit pula lulusan BEC yang berasal dari luar daerah atau luar pulau yang akhirnya mendirikan lembaga kursus serupa di daerah masing-masing setelah mengenyam pendidikan singkat di BEC,yang umumnya ditempuh selama enam bulan. Tidak hanya itu,kini dengan adanya program rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI) yang digagas pemerintah,cukup banyak guru dari berbagai daerah yang mengambil kursus singkat satu bulan di BEC,training system(TS). Ini karena RSBI mengharuskan siswa dan gurunya berbahasa Inggris dalam proses belajar dan mengajar. Demikianlah multiplier effect dari berdirinya BEC yang dirintis Kalend Osen pada 1976 silam itu. Berawal dari Dusun Singgahan itu lahir
ribuan orang dari berbagai penjuruTanah Air yang akhirnya bisa ber-cas cis cus dengan bahasa Inggris.Sejak berdiri hingga sekarang, BEC telah meluluskan 16.285 lulusan.
Perjalanan Panjang Kesuksesan pria kelahiran Kutai Kartanegara,Provinsi Kalimantan Timur,20 Februari 1945 itu bersama BEC tentu tidak datang begitu saja.Perjuangan panjang tanpa lelah dilalui bapak tiga anak itu selama puluhan tahun.Pria yang rambutnya mulai memutih ini semula tak pernah membayangkan bakal bisa meraih kesuksesan sebesar ini.”Ini sudah jauh melebihi harapan saya,”ungkapnya. Kalend lantas bercerita awal mula kiprahnya di Pare,Kediri.
Saat itu,sekitar tahun 1976,Kalend datang ke Dusun Singgahan untuk berguru kepada KH Ahmad Yazid (almarhum),tokoh agama setempat yang saat itu menjadi pengasuh masjid dan Pondok Darul Falah. Selain pengetahuan agamanya yang luas,Kiai Yazid,tutur Kalend,juga menguasai sembilan bahasa asing. Sebelum merantau ke Pare, Kalend pernah belajar di Pondok Pesantren Modern Darusssalam, Gontor,Ponorogo,Jawa Timur.
Di sana,Kalend tidak sampai lulus.Dia hanya mengenyam pendidikan hingga kelas lima Kuliatul Muallimin Al Islamiyah (setingkat kelas dua SMA).Saat itu usia Kalend sekitar 31 tahun,siswa tertua di kelasnya. Sebelum masuk Pesantren Gontor pada 1971,Kalend sudah berprofesi sebagai guru di tanah kelahirannya, mulai 1966–1967.Profesi itu dijalaninya hanya dengan bekal ijazah pendidikan guru agama (PGA),walau hanya sampai kelas empat (setara kelas satu SMA).
Profesi sebagai guru di Kalimantan tidak membuatnya puas untuk menimba ilmu.Hingga pada usia 27 tahun dia memilih melanjutkan pendidikan di Pulau Jawa. ”Saya ingin revolusi hidup,”begitu tekad Kalend ketika pertama kali melangkahkan kakinya meninggalkan Pulau Borneo saat itu. Di emperan Masjid Darul Falah itulah Kalend memulai kiprahnya sebagai guru bahasa Inggris.Itu pun dijalaninya tanpa sengaja. Dia lantas bercerita,saat itu ada dua mahasiswa semester akhir IAIN Sunan Ampel,Surabaya,yang datang ke Pare untuk berguru kepada Kiai Yazid.Kedua mahasiswa itu hendak menjalani ujian akhir bahasa Inggris di
kampusnya untuk mendapatkan gelar sarjana.Namun saat itu Kiai Yazid sedang keluar daerah,padahal ujian akhir tinggal lima hari lagi.
Akhirnya istri Kiai Yazid menyarankan dua mahasiswa itu untuk belajar bahasa Inggris kepada Kalend.” Cobalah belajar kepada Pak Kalend. Dia pernah di Gontor,dia pasti bisa,” ujar Kalend menirukan saran istri Kiai Yazid kepada dua mahasiswa itu. Kalend pun memberanikan diri untuk mengajar dua mahasiswa itu,walau dia belum pernah mengenyam bangku kuliah. Akhirnya keduanya belajar bahasa Inggris bersama Kalend di emperan Masjid Darul Falah selama lima hari untuk membahas 350 soal yang menjadi acuan untuk ujian bahasa Inggris dua mahasiswa itu.
Berbekal pelajaran dari Kalend,kedua mahasiswa itu lulus dan menyandang gelar sarjana.Setelah ujian di IAIN Sunan Ampel Surabaya, keduanya kembali berguru kepada Kalend. Kisah sukses kedua mahasiswa itu lantas menyebar. Sejak saat itu banyak santri yang berguru kepada pria yang juga hobi bermain tenis meja ini. Hingga akhirnya Kalend mendirikan lembaga kursus yang diberi nama BEC,yang pada awalnya juga masih di serambi masjid. Pesertanya pun hanya remaja sekitar dan tanpa biaya.Meski begitu,setiap bulan anak didiknya selalu memberikan uang sekadarnya kepada Kalend sebagai ungkapan terima kasih.
"A Thousand Miles"
Making my way downtown
Walking fast
Faces pass
And I'm home bound
Staring blankly ahead
Just making my way
Making a way
Through the crowd
And I need you
And I miss you
And now I wonder....
If I could fall
Into the sky
Do you think time
Would pass me by
'Cause you know I'd walk
A thousand miles
If I could
Just see you
Tonight
It's always times like these
When I think of you
And I wonder
If you ever
Think of me
'Cause everything's so wrong
And I don't belong
Living in your
Precious memories
'Cause I need you
And I miss you
And now I wonder....
If I could fall
Into the sky
Do you think time
Would pass me by
'Cause you know I'd walk
A thousand miles
If I could
Just see you
Tonight
And I, I
Don't want to let you know
I, I
Drown in your memory
I, I
Don't want to let this go
I, I
Don't....
Making my way downtown
Walking fast
Faces pass
And I'm home bound
Staring blankly ahead
Just making my way
Making a way
Through the crowd
And I still need you
And I still miss you
And now I wonder....
If I could fall
Into the sky
Do you think time
Would pass us by
'Cause you know I'd walk
A thousand miles
If I could
Just see you...
If I could fall
Into the sky
Do you think time
Would pass me by
'Cause you know I'd walk
A thousand miles
If I could
Just see you
If I could
Just hold you
Tonight
Walking fast
Faces pass
And I'm home bound
Staring blankly ahead
Just making my way
Making a way
Through the crowd
And I need you
And I miss you
And now I wonder....
If I could fall
Into the sky
Do you think time
Would pass me by
'Cause you know I'd walk
A thousand miles
If I could
Just see you
Tonight
It's always times like these
When I think of you
And I wonder
If you ever
Think of me
'Cause everything's so wrong
And I don't belong
Living in your
Precious memories
'Cause I need you
And I miss you
And now I wonder....
If I could fall
Into the sky
Do you think time
Would pass me by
'Cause you know I'd walk
A thousand miles
If I could
Just see you
Tonight
And I, I
Don't want to let you know
I, I
Drown in your memory
I, I
Don't want to let this go
I, I
Don't....
Making my way downtown
Walking fast
Faces pass
And I'm home bound
Staring blankly ahead
Just making my way
Making a way
Through the crowd
And I still need you
And I still miss you
And now I wonder....
If I could fall
Into the sky
Do you think time
Would pass us by
'Cause you know I'd walk
A thousand miles
If I could
Just see you...
If I could fall
Into the sky
Do you think time
Would pass me by
'Cause you know I'd walk
A thousand miles
If I could
Just see you
If I could
Just hold you
Tonight
An example of speech about education
Assalamualaikum wr wb.
I thank God for giving the health
and time to share a knowledge on this historic day, the day of national
education.
Ladies and Gentlemen,
Indonesia is a big country,
inhabited by hundreds of millions people includes islands spread widely. We
have been independent since 1945, but I think Indonesia is not yet independent
in terms of education. Although we have changed curricula almost every year,
but it proved that the Indonesian education has not been able to compete with
the developed countries. We tend to fall behind and have not been able to print
a great human resources class as developed countries.
Ladies and Gentlemen,
I tried to draw a line to the
back, and I get the irony which is really disappointing. In this very rich
country, there are so many students drop out of school, do not have a uniform,
and swim to go to school because of the broken bridge. It is an irony in the
midst of our State assets.
Statistics of school buildings
damaged and have not been improved are also too much. It is happening in the
provinces that are far away from the center of government and gives continuing
negative effect on the education system in the province itself.
Of course, a child who does not
get an education will have difficulties in achieving a better stAndard of
living in his future. You've seen that a lot of ignorance and poverty arise
because so many crimes arising from poverty.
Ladies and Gentlemen,
Education is a major key to get a
better state order. Through proper and best education, we are able to print
high-quality human resources, eradicate ignorance, and destroy poverty.
Therefore, let us together to be
students and teachers that are diligent, sincere, and keep trying without the
unyielding. We are Indonesia, a rich country that should have the best
education. Do not give up on the fate of our nation today, and continues to
struggle in gaining an independence education.
I would like to thank you all for
giving me the opportunity to convey these short useful messages.
Thank you for all the attention,
Wassalamualaikum wr wb.
Writing
Outsourcing
Outsourcing
has become a famous system for some companies at this time. It has many
advantages to small company. A company which uses the system does not provide
some facilities for the workers because it has been provided by outsourcing
company. In other hand, they can fired the useless workers. And, it is
practical way to get the workers without waste their time to give training the
workers.However, outsourcing is not always good way for the workers. The people
who do this system will not have good career,the company outsourcing will give
low salary, and no facilities or
insurance to them.
BESTFRIEND
By Gan'ds Abadi
Smile ..
your smile make me happy .
when we laugh together .
i fell happy when we share the pain .
because you are my bestfriend .
sometimes i fell sad because u make me heard .
but i know you'llbe my bestfriend .
Friend ..
thanks foe erevything .
erevything tou can do and do it for me .
I LOVE U ALL .
By Gan'ds Abadi
Smile ..
your smile make me happy .
when we laugh together .
i fell happy when we share the pain .
because you are my bestfriend .
sometimes i fell sad because u make me heard .
but i know you'llbe my bestfriend .
Friend ..
thanks foe erevything .
erevything tou can do and do it for me .
I LOVE U ALL .
Langganan:
Postingan (Atom)